by Fahrizal Aziz Telminore* on Saturday, July 30, 2011 at 4:14pm
Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat
(QS. Al Mujadilah: 11)
Istilah Kyai secara khusus sebenarnya hanya ada di Indonesia. Terlebih didaerah jawa dan lebih khusus lagi mungkin hanya ada didaerah jawa timur dan jawa tengah. Di jawa barat, masyarakat lebih banyak mengenalnya dengan istilah Ajengan. Jauh sebelum nama kyai ini disematkan pada manusia, sebenarnya istilah ini dulu adalah sebutan untuk benda-benda tua dalam sejarah. Kyai sendiri dalam pemahaman kebanyakan orang jawa adalah gelar bagi orang yang dituakan. Biasanya dalam hal agama dan lingkungan.
Paling tidak, Kyai itu bisa juga dibagi menjadi tiga periodisasi. Yaitu Kyai masa lalu, Kyai sekarang(kekinian), dan Kyai masa depan. Model Kyai masa lalu dan sekarang mungkin sedikit banyak sudah kita pahami. Lalu bagaimana dengan Kyai masa depan? Apakah akan sama dengan model kyai masa lalu atau masa sekarang? Atau adakah pembedanya?
Seperti yang kita ketahui, potret Kyai masa lalu adalah sosok yang karismatik. Dituakan bahkan ditinggikan. Disanjung karena kebesarannya dan ilmu agama yang diatas rata-rata orang kebanyakan. Bahkan beberapa Kyai ada yang disanjung dan ditinggikan karena memiliki sebuah kekuatan supranatural yang bisa meringankan masalah hidup orang. Ada yang kemudian selalu minta doa kepada Kyai tersebut. Sebelum ujian, menikah, ketika menghadapi suatu masalah yang pelik, atau memintakan nama untuk anaknya.
Model Kyai terdahulu biasanya kalau mengenakan pakaian sangat mencolok. Berjubah putih, memakai sorban, bersarung, mengenakan kpyah putih, dan sebagainya. Dari segi penampilan saja biasanya sudah membedakan antara Kyai dan bukan Kyai. Selain itu, para Kyai biasanya cenderung menjadi Imam ketika shalat, mengisi Khutbah dan ceramah jika ada acara hajatan, memimpin doa, dan sebagainya. Kurang lebih seperti itulah potret Kyai masa lalu. Sosok karismatik yang memiliki penampilan Khas.
Akhir-akhir ini, ternyata ada sedikit perubahan model Kyai. Inilah yang kemudian dalam pembahasan ini disebut sebagai Kyai sekarang (kekinian). Perubahan tersebut mencolok dalam hal keilmuan. Namun model Kyai masa lalu juga masih nampak ada, hanya saja ada sedikit kolaborasi yang membuatnya berbeda. Dan kolaborasi inilah yang menjadi titik perbedaan antara Kyai masa lalu dengan Kyai kekinian.
Kalau dulu Kyai kebanyakan hanyalah lulusan pesantren atau mendapat pendidikan penuh dipesantren. Dan itupun hanyalah pelajaran-pelajaran agama seperti fiqih, nahwu, sorof, tasawuf dan sebagainya. Kini, banyak Kyai yang tidak hanya fasih ilmu Fiqih, nahwu, sorof, Tasawuf dan sebagainya, tapi juga fasih ilmu fisika, kimia, biologi, hingga ilmu komputer. Inilah yang kemudian disebut dengan adanya kolaborasi keilmuan.
Salah satu tanda adanya kolaborasi ini adalah dengan adanya Kyai yang tidak hanya bergelar Kyai Haji, tapi juga Profesor doktor. Contoh saja, kini para Pemimpin Ormas-ormas Islam yang notabene adalah seorang ulama, juga memiliki pemikiran modern yang bisa berkolaborasi dengan jaman. Sebut saja Prof. Dr. Din Syamsudin (ketua PP Muhammadiyah), Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj (ketua PBNU), Prof. Dr. KH. Maman Abdurahman (ketua PP Persis), Prof. Dr. KH. Abdul Ghofur (Pimpinan Pondok Sunan Drajad Lamongan) dan masih banyak contoh lainnya.
Namun contoh model Kyai seperti diatas masihlah tidak sebanyak dengan model Kyai masa lalu. Hanya saja perbedaan itulah yang mulai kentara. Jika Kyai sekarang tidak hanya fasih ilmu-ilmu agama melainkan juga fasih ilmu-ilmu umum seperti ilmu alam dan sosial. Sehingga perpaduan itulah yang kemudian menjadi ciri khas dari model Kyai masa kini. Pertanyaan yang kemudian muncul dibenak kita adalah, lalu bagaimana model Kyai masa depan?
Siapapun yang kini berambisi atau karena dari garis kekeluargaan kelak akan menjadi Kyai, harus belajar dari fenomena yang terjadi. Perkembangan model Kyai yang dulu dengan sekarang haruslah menjadi referensi. Kyai masa depan harusnya lebih maju. Entah dari segi pemikiran ataupun ritual kegamaan. Kalau Kyai sekarang ini hanya dikenal sebagai pemimpin ritual keagamaan seperti shalat, khutbah, doa, tahlil, dan sebagainya. Maka Kyai masa depan harus menjadi Pemimpin Peradaban.
Peradaban dibangun dengan sebuah hasil karya yang militan. Ibnu Sina, menjadi salah satu tokoh Peradaban Umat Islam terdahulu karena kefasihan dalam bidang kedokteran, Al Kwarizmi menjadi tokoh Peradaban karena kontribusinya dalam bidang matematika, Ibnu Rusyd dalam bidang Filsafat, Jabir Al Hayyan dalam bidang Kimia. Mereka diakui sebagai bapak Peradaban Islam karena telah memberi kontribusi yang positif dalam ilmu pengetahuan. Andai saja kala itu Ibnu Sina, Rusyd dkk adalah orang jawa, pasti mereka bergelar Kyai. Karena dari segi agama mereka juga mumpuni.
Maka dari itu, kedepan Kyai-Kyai jawa tidak hanya fasih dengan ilmu agama saja. Tapi juga fasih ilmu umum. Dan mimpi kita kelak dari tanah Jawa akan ada sosok Kyai matematika, Kyai fisika, Kyai Kimia, Kyai Biologi, hingga Kyai Komputer yang berdakwah tidak hanya dimasjid-masjid namun lebih praktis berdakwah dengan penemuan-penemuan yang memberikan manfaat besar bagi umat. Dan model Kyai itulah yang dalam tulisan ini disebut sebagai Kyai masa depan. Sehingga Umat Islam akan merengkuh kembali Peradaban gemilang seperti yang pernah terjadi pada masa Ibnu Sina terdahulu. Walloh'alam
*Kabid Keilmuan Imm Pelopor, Jurusan PGMI UIN Maliki Malang
(Tulisan Ini masuk dalam buletin FASTABIQ Imm Cabang Malang)
0 komentar:
Posting Komentar