by Fahrizal Aziz Telminore * on Thursday, April 7, 2011 at 11:10pm
Entah, jika saja tidak lahir seorang Muhammad darwis yang kemudian mendirikan persyarikatan Muhammadiyah, mungkin bangsa ini masih dalam hiruk stagnansi dan bellenggu kolonoalisme dalam artian lain. Muhammadiyah lahir sebenarnya hanya membawa dua hal saja, Islam murni dan Kesholehan sosial. Yang kala itu, agaknya sudah banyak dilupakan oleh orang pribumi yang secara kultur memeluk agama Islam.
Berawal dari keprihatinan akan semakin teguhnya masyarakat memegang tradisi, yang bahkan kala itu sudah dianggap sebagai syariat. Sehingga hampir setiap orang yang memleuk Islam kala itu, mau tidak mau harus menjalankan tradisi tersebut. Padahal waktu itu kaum Pribumi tengah dalam cengkraman kolonialisme belanda dan rata-rata berada dalam garis kemiskinan. Jadi, terasa benar, jika tradisi begitu memberatkan sekali kala itu. Namun, Muhammad Darwis berani bersuara jika Masyarakat tidak harus menjalankan tradisi tersebut, bagi yang tidak mampu cukup berdoa saja dimasjid. Dan suara Darwis tersebut ditentang banyak orang, terlebih kaum tradisionalis.
Ditengah berbagai cemoohan dan pengucilan, Muhammad Darwis yang telah memiliki nama baru yaitu Ahmad Dahlan, ternyata tidak menyerah. Dia tetap bersikukuh, jika Islam harus kembali dimurnikan, agar Masyarakat tahu jika Islam itu mudah, tidak memberatkan seperti yang mereka jalankan dengan tradisi-tradisi tersebut. Selain itu, Ahmad Dahlan juga bersikukuh jika Kesholehan itu tidak hanya bersifat ritualistik semata, namun harus memihak kepada anak yatim dan fakir miskin. Jangan terlena oleh candu sholat, tapi mulailah berfikir bagaimana sholat itu berdampak bagi masyarakat, sesuai yang termaktub dalam surat Almaun.
Ternyata apa yang diusung Ahmad Dahlan itu tidak serta merta diterima oleh lingkungannya, bahkan banyak juga yang mencemooh hingga memusuhinya, sampai langgar warisan Almarhum Bapaknya pun pernah dirobohkan karena permusuhan yang dilakukan oleh masyarakat yang menentangnya. Namun Ahmad Dahlan tidak menyerah. Dengan getol dia tetap memperjuangkan gagasannya. Sehingga pada suatu hari, bersama dengan beberapa murid-muridnya dia berhasil mendirikan Muhammadiyah.
Kelahiran Muhammadiyah, telah mereformasi budaya lokal yang selama bertahun-tahun dianut oleh masyarakat sekitar. Yaitu mengesampingkan tradisi dan memperjuangkan kesholehan sosial. Muhammadiyah mengajarkan jika Islam harus dikembalikan kemurniannya, hilangkan Bidah, Khurafat dan Thakayul. Dan yang kedua yaitu jika orang sholeh itu tidak hanya mereka yang berdiam diri dimasjid, tapi orang sholeh itu adalah orang yang memiliki kontribusi terhadap lingkungan, menolong anak yatim dan fakir miskin, serta menjadi yang terdepan dalam permasalahan sosial.
Sehingga patutlah jika dalam usianya yang kini lebih dari abad, Muhammadiyah lahir sebagai Organisasi Islam dengan amal usaha terbesar didunia meliputi Sekolah, Perguruan tinggi, Rumah sakit, panti asuhan, Rumah bersalin, dan berbagai amal usaha yang lainnya yang difokuskan untuk menolong anak-anak yatim, fakir miskin dan kaum pinggiran.
*Penulis adalah Kabid Keilmuan
0 komentar:
Posting Komentar